Kata "Liando" menurut buku "Etymology Malesung/Minahasa - Indonesia" oleh HM
Taulu berasal dari Bahasa Tontemboan yang artinya adalah "penimbang, pengatur
jam mapalus". Asal katanya adalah sebutan "wawali i endo" = "ikut jam
matahari" menjadi "liendo" jadi "liando".
Dalam bahasa Spanyol kata "Liando" berarti "mengacaukan". Pengaruh Spanyol di
Minahasa sangat kuat terutama setelah Perang Minahasa vs Spanyol 1651-1664 dan
banyak keturunan Borgo Spanyol dengan marga Spanyol.
Berdasarkan fakta bahwa Dotu Johannis Liando lahir di Kumelembuai dari
Keluarga Liando Kemelembuai dan kemudian menjadi Hukum Tua dan Tonaas di
Malola berarti Liando berasal dari suku bangsa Malesung atau Minahasa dari
suku Tontemboan.
Banyak sekali warga Tionghoa di Indonesia yang bermarga "Lhiang" atau "Liang" menggunakan fam "Liando" utk pendaftaran Warga Negara Indonesia (WNI) sejak tahun 1946, istilahnya "membeli marga". Walaupun demikian, tidak ada catatan bagaimana mekanisme pembayaran atau penghargaannya tapi yang jelas sudah banyak sekali Liando Tionghoa di Indonesia sekarang ini. Pengadopsian nama Liando oleh warga Tionghoa baru terjadi sekitar setelah 1946 karena ada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang Kewarganegaraan bagi warga Tionghoa yang masih berstatus warga negara Republik Tiongkok.
Dotu Johannis Liando mungkin Liando pertama yang masuk agama Kristen hasil
kaderisasi Misionaris Belanda bernama Siebold Ulfers dari organisasi NZG
(Nederlandsche Zendelinggenootschap).
Sebelum menganut agama Kristen, Liando-Liando sebelumnya pastinya masih
menganut agama Malesung yang mempercayai kekuatan alam dan roh-roh nenek
moyang dalam konteks budaya Austronesia dalam peradaban Minahasa
Kuno/Malesung. Juga dalam konteks budaya Megalitik, Liando-Liando sebelumnya
masih mengenal benda atau bangunan dari batu-batu besar seperti Waruga.
Setelah perang antara Mongondow dan Malesung (Minahasa) sekitar tahun
1600-1696 berakhir beberapa waraney Tounpakewa (Tontemboan) yang berperang
hingga ke kuala Poigar tak kembali lagi ke negeri asal, melainkan beberapa
diantaranya mendirikan pemukiman disekitar kuala Raanan yang sekarang dikenal
dengan desa Raanan dan Tondey ("Mitologi & Sejarah Sub Etnis Minahasa"
oleh Drs. Valry S.H. Prang). Ada kemungkinan Waraney Liando berada dalam
kelompok ini. Juga dalam sejarah Motoling dan Kemelembuai disebutkan adanya
perambahan daerah baru dari sekelompok Dotu yang dikirim dari
Kawangkoan.
Ayah mertua dari Dotu Liando bernama Elias Pangkey anak dari Dotu Pangkey yang
mendirikan negeri Wuwuk di Tareran. Karena Johannis Liando anak dari Keluarga
Liando Kumelembuai memiliki pengaruh yang besar dan kuat sedemikian rupa
sehingga mampu meminang Elisabeth Pangkey putri keturunan dari Dotu Pangkey.
Mungkin dasarnya kedekatan tribal yang kuat karena Liando berasal dari
Kawangkoan dan salah satu waraney Tounpakewa (Tontemboan).
Taranak-taranak utama Liando:
1. Liando Kawangkoan-Popontolen
Liando yang masih beragama Malesung
2. Liando Kumelembuai
Liando yang masih beragama Malesung
3. Liando Malola
Pernikahan antara Johannis Liando dengan Elisabeth Pangkey dari Wuwuk
keturunan dari Dotu Pangkey. Johannis Liando adalah seorang Onderwijzer
didikan misionaris NZG, kepala sekolah pertama di Malola.
4. Liando Sanger-Manganitu
Pernikahan antara Markus Liando dengan putri raja Manganitu Maria
Nurewulaeng Katiandagho. Markus Liando ini dikirim ke Manganitu (Sangihe
& Talaud) sbg Penulong Injil membantu pendeta Steller sekitar thn 1860.
Catatan Khusus Liando Popontolen berkaitan dengan Pernikahan Adat
Tontemboan
Menurut info dari Pak Camat Ruddy Liow soal Liando Popontolen, saya sudah
melakukan penelurusan dgn pendekatan keluarga kami Apo Aristarchus Liando
dan Apo Hendriette Regar (putri dari Johannis Regar penulis Alkitab
Tontemboan 1907).
Setelah menelusuri Kel Regar, ternyata dotu keluarga ini berasal dari Kapoya
yg kemudian pindah dan besar di Suluun.
Sementara Apo Elisabeth Pangkey ibu dari Aristarchus Liando berasal dari
Keluarga Pangkey di Wuwuk.
Melihat adanya pernikahan antara Apo Aristarchus Liando (putra dari Apo
Johannis Liando) dgn Apo Hendriette Regar (putri dari Apo Johannis Regar),
bisa dipastikan pernikahaan ini disetujui secara adat Tontemboan yang berada di
wilayah adat Wuwuk, Popontolen, Kapoya dan Suluun.
Jadi, kemungkinan besar Liando berasal dari wilayah adat Popontolen dan
sekitarnya.
Perlu diingat bahwa torang pe dotu-dotu jaman dahulu tidak sembarangan
memilih menantu.
Wilayah Adat Tontemboan (Tounpakewa) |
Migrasi Penduduk Minahasa Selatan |